KAMI MEMANG BUKAN YANG TERBESAR, TAPI KAMI AKAN BERUSAHA UNTUK MENJADI YANG TERBAIK. SALAM SERIKAT PEGAWAI PINDAD

Jumat, 11 Juni 2010

Melatih diri untuk berkomitmen

Untuk melatih komitmen sebenarnya kita bisa memulai dari titik yang paling sederhana, yaitu membangun komitmen diri sendiri. Melatih komitmen pada diri sendiri sebenarnya sangat mudah, karena kita sendiri yang menetapkan tujuannya. Sebagai contoh, kita mengambil komitmen untuk bangun pada pukul 5 setiap pagi dan berolahraga - ini adalah tujuan yang kita tetapkan sendiri. Yang perlu kita lakukan hanyalah terus belajar untuk konsisten dengan keputusan dan komitmen yang kita buat. Akan tiba saatnya ketika kita bangun, kita merasa ogah-ogahan; ini justru merupakan sebuah latihan untuk menanggulangi kemalasan-kemalasan yang sering kali membuat kita membatalkan komitmen kita sendiri.

Di sisi lain, hal itu juga menjadi sebuah ujian: sampai sejauh mana komitmen kepada diri sendiri ini kita bangun. Kalau komitmen kepada diri sendiri sudah terbangun dalam diri kita, maka komitmen kepada orang lain, komitmen kepada keluarga, atau komitmen kepada pekerjaan akan lebih mudah untuk dilakukan, karena kesemuanya bersifat eksternal. Yang terpenting adalah komitmen yang bersifat internal, yang berpusat pada diri sendiri. Jika perusahaan tidak memiliki goal, akan sulit bagi kita untuk mengukur tingkat keberhasilan. Ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab mengapa karyawan tidak memahami goal perusahaan. Penyebab pertama adalah, karena pemimpin yang kurang bisa mengkomunikasikan goal kepada karyawan-karyawannya. Penyebab lainnya adalah karena kita sebagai karyawan tidak memahami atau tidak mau tahu dengan goal yang ditetapkan oleh pemimpin.

Perusahaan yang ingin berkembang harus memiliki tujuan dan pencapaian-pencapaian tertentu. Kalau seorang karyawan merasa tidak ada komunikasi antara pemimpin dengan karyawan, ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebabnya: pertama, karena pemimpin merasa karyawan sudah tahu atau seharusnya tahu apa yang pemimpin inginkan. Kedua, karena pemimpin merasa sudah cukup memberitahukan apa yang menjadi goalnya. Nah, faktor yang paling dominan dalam komunikasi adalah ‘apa yang diharapkan oleh masing-masing pihak?' - yang akan menolong kita membangun komunikasi dengan sehat. Jika saya adalah pemimpin dan Anda adalah karyawan saya, maka apa yang Anda inginkan dan apa yang saya inginkan harus sejalan dulu, baru komunikasi akan terbangun dengan baik.

Selama apa yang saya inginkan sebagai pemimpin dan apa yang Anda inginkan sebagai karyawan tidak sejalan, maka apa pun yang saya sampaikan akan bisa disalahpahami. Jadi, dalam hal ini, cobalah memahami apa yang ada dalam hati dan pikiran pemimpin Anda, karena ketika Anda sebagai karyawan bisa memahami hati dan pikiran pemimpin, akan jauh lebih mudah untuk bisa berkomunikasi dengan pemimpin Anda. Seseorang yang tidak bisa memegang komitmen pada dirinya sendiri tidak mungkin bisa memegang komitmen kepada orang lain atau institusi lain yang ruang lingkupnya lebih besar. Jadi, untuk mencapai kesuksesan, mulailah membangun level komitmen pada diri sendiri terlebih dulu.

Dari situ kita bisa mengembangkan atau meningkatkan komitmen kepada ruang lingkup yang lebih luas lagi: keluarga, pekerjaan/perusahaan, dll. Dalam sebuah perusahaan yang memiliki tim kerja, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap anggota tim memiliki level komitmen yang berbeda-beda. Untuk menyiasatinya, orang yang menjadi pemimpin tim haruslah seseorang yang bisa memotivasi anggota-anggotanya dan memiliki kemampuan untuk memaksimalkan kinerja dari anggota tim yang lain.
Ketika pemimpin tim mendapati bahwa ada anggota-anggota tim yang memiliki level komitmen yang lebih rendah, sebagai pemimpin ia harus mengambil sebuah tindakan ekstra - entah memotivasi anggota tersebut atau menjatuhkan sangsi, demi optimalnya kinerja tim tersebut sehingga tujuan yang ditetapkan bisa dicapai dengan baik.(SPP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar