KAMI MEMANG BUKAN YANG TERBESAR, TAPI KAMI AKAN BERUSAHA UNTUK MENJADI YANG TERBAIK. SALAM SERIKAT PEGAWAI PINDAD

Jumat, 11 Juni 2010

No Commitment, No Success

Sekian waktu lamanya, banyak orang yang sering berbicara tentang komitmen tanpa mengetahui arti dari komitmen itu sendiri. Dari kamus Webster saya mendapatkan beberapa kata yang kemudian saya rangkai menjadi definisi dari komitmen.

Komitmen adalah suatu pengambilan keputusan yang kita lakukan karena mempercayai seseorang atau suatu institusi tertentu, sehingga dengan rela hati kita menjadikan tujuan bersama yang sudah disepakati sebagai prioritas dalam hidup kita.

Jadi, kalau saya bisa menggarisbawahi tentang komitmen, yang pertama, harus didasarkan pada sebuah pengambilan keputusan yang kita lakukan dengan kerelaan hati atau dengan kesadaran sepenuhnya - bukan karena paksaan maupun intimidasi. Yang kedua, harus didasarkan pada saling mempercayai antara pihak-pihak yang berkaitan, dan harus ada tujuan bersama yang kita tetapkan sehingga kita bisa merasakan apa yang disebut sebagai "sense of accomplishment." Komitmen adalah suatu janji yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, di mana masing-masing pihak berjanji untuk mengerjakan apa yang menjadi bagiannya dan menjadikannya prioritas utama. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa loyalitas sebetulnya merupakan hasil dari komitmen.
Sebuah komitmen akan bisa terus bertahan jika ada kepercayaan di antara kedua belah pihak. Dalam level individual, sebelum seseorang memutuskan untuk menikahi kekasihnya, baik pihak pria maupun pihak wanita harus saling mempercayai terlebih dahulu.

Ketika kepercayaan timbul dan mereka merasa nyaman dengan keberadaan satu sama lain, barulah komitmen bisa terbentuk dalam wujud sebuah lembaga pernikahan. Jadi, jika dalam level pribadi komitmen dapat terus mengalami pertumbuhan (dan seiring dengan masing-masing pihak saling mempercayai satu sama lain loyalitas pun ikut bertumbuh), demikian pula halnya dengan perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, kita sebagai karyawan akan bisa menunjukkan komitmen ketika kita merasa nyaman bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Perusahaan pun pasti akan tetap meng-hire kita sebagai karyawan jika perusahaan merasa nyaman dengan keberadaan kita. Nah, apabila kita menghendaki agar komitmen yang ada bisa terus bertumbuh dan rasa saling percaya menjadi semakin kuat, masing-masing pihak harus terus menjaga integritasnya. Dari pihak kita sebagai karyawan, kita perlu memberikan hasil kerja yang terbaik, karena di situlah integritas kita dipertaruhkan. Dari pihak perusahaan, perusahaan juga perlu memberikan gaji yang selayaknya dan (mungkin) beberapa tunjangan tertentu yang akan bisa dinikmati oleh karyawan. Selama masing-masing pihak mengerjakan apa yang menjadi bagiannya, integritas masing-masing pihak pun akan terus bertumbuh dan rasa saling percaya akan terus terbangun.

Selain itu, komunikasi juga menjadi hal yang sangat menentukan. Untuk membangun rasa percaya yang lebih tinggi sehingga komitmen menjadi semakin kuat, dibutuhkan jalur komunikasi yang bagus di antara pihak-pihak yang terlibat. Di satu sisi, pemimpin harus bisa mengkomunikasikan apa yang menjadi tujuan atau sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan dan apa langkah-langkah yang perlu diambil; di sisi yang lain, karyawan juga harus bisa mengkomunikasikan kepada pemimpin hal-hal yang dirasa menghambat atau mengganjal, sehingga masing-masing pihak akan bisa menjaga komitmennya dengan baik. Komitmen adalah sesuatu yang sangat penting, apalagi jika kita hidup dalam sebuah komunitas di mana komitmen menjadi sesuatu yang sangat esensial.

Dalam keluarga, tanpa adanya komitmen, pasangan suami isteri akan dengan mudah terlibat masalah perselingkuhan. Demikian pula dalam sebuah perusahaan, tanpa adanya komitmen akan tercipta banyak kekacauan yang dapat terjadi dalam perusahaan yang bersangkutan. Jika kita melihat realita yang ada di masyarakat secara umum, kadang kala seseorang sulit memegang atau bertahan pada komitmennya karena mereka tidak menginginkan resiko dari komitmen itu. Ketika sepasang kekasih memasuki pernikahan, kadang kala mereka hanya membayangkan hal-hal yang baik dan impian-impian yang indah, tanpa melihat realita bahwa kadang kala kita juga akan menghadapi masalah, musibah, bencana, dan hal-hal negatif lainnya, dan ini adalah bagian yang juga harus kita lewati dari sebuah komitmen.

Karena itu, bicara tentang komitmen, kita harus mengingat bahwa untuk bisa bertahan dalam sebuah komitmen, kita perlu memiliki kerelaan untuk melewati hal-hal baik maupun buruk, yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan bersama-sama. Komitmen tidak bisa dijalankan secara sepihak, melainkan membutuhkan keterlibatan dari masing-masing pihak yang ada di dalamnya - walau tidak bisa disangkali pemutusan komitmen biasanya dilakukan oleh salah satu pihak saja. Karenanya, jika kita ingin memastikan bahwa sebuah komitmen akan bisa bertahan untuk jangka waktu panjang, kedua belah pihak harus mengerjakan apa yang menjadi kewajiban masing-masing.

Tidak jarang rasa jenuh dijadikan sebagai alasan untuk memutuskan komitmen. Padahal, jika kita mengorek lebih dalam apa yang menjadi alasan seseorang menjadi jenuh dan apa yang menyebabkan seseorang memutuskan komitmen yang ia buat sendiri, persoalannya terletak pada pikiran orang yang bersangkutan (bersifat psikologis belaka). Mengapa seseorang menjadi jenuh? Secara psikologis penyebabnya adalah karena orang tersebut mulai merasa apa yang ia kerjakan mulai menjadi rutinitas, kurang ‘menantang', dan sebagainya.

Untuk menanggulangi kejenuhan sebenarnya kita bisa melakukan hal-hal yang kreatif dalam pekerjaan, bekerja dengan cara-cara yang berbeda, mengubah tata letak meja kita (jika memungkinkan), mengubah tampilan pada layar komputer kita, dan sebagainya. Meskipun kecil dan sederhana, hal-hal tersebut bisa menolong kita untuk tidak begitu saja menjadi jenuh. (SPP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar