“Jadi, apa kiat Ibu dalam mengerjakan sesuatu. Apakah yang mudah dulu, misalnya?” begitu kira-kira pertanyaan Pak Ichsan kepada Bu Susi. Bu Susi ini adalah pemilik Susi Air, sebuah maskapai penerbangan perintis, dan juga seorang milyuner pengusaha komoditas laut dari Pangandaran Jawa Barat.
Hari itu, jurusan Teknik Penerbangan ITB (sekarang namanya Aeronautika ITB) mengundang Ibu Susi Pujiastuti yang menjadi inspirasi kami dengan semboyannya, ” Satu kilometer jalan raya tidak akan membawa kita kemana-mana. Satu kilometer landasan pesawat terbang akan membawa kita ke seluruh dunia.” Begitu kira-kira semboyan beliau berdasarkan pengalaman langsung. Beliau membuat beberapa landasan rumput di sepanjang daerah selatan Jawa Barat, yang ditujukan untuk mengambil hasil laut (terutama lobster) yang akan diekspor keluar negeri. Untuk mempercepat pengambilan hasil laut - yang cepat rusak dan membusuk - digunakan pesawat terbang kecil jenis Cessna Caravan. Dan memang, satu kilometer landasan bisa membawa ke seluruh dunia. Pesawat Susi Air ini pula yang pertama kali mendarat di Aceh saat terjadi musibah tsunami tahun 2004 silam, dan menjadi pembuka jalan untuk membersihkan landasan bagi pengiriman bantuan berikutnya.
Apa kira-kira jawaban Ibu Susi atas pertanyaan Pak Ichsan itu?
Setelah berpikir sejenak, beliau menjawab,” Saya selalu melakukan tugas yang penting-penting dulu, bukan yang mudah.” Telak sekali, jawaban ini berbeda jauh dengan kebiasaan mahasiswa menjawab soal ujian, selalu mengerjakan yang mudah-mudah dulu. Mungkin karena semua soal ujian dianggap sama penting.
Jadi yang benar, kerjakan yang penting dulu. Kalau yang sangat penting sama banyaknya, bolehlah pilih diantara yang penting itu mana yang paling mudah dulu. Namun pastikan bahwa yang kita kerjakan adalah hal yang penting!
Pilih yang penting dulu, baru yang mudah. (semboyan yang tepat pula bagi kita dalam menjalani hidup ini)
“Tidak ada yang lebih sia-sia selain melakukan pekerjaan dengan efisien padahal pekerjaan itu sebetulnya tidak perlu dilakukan sama sekali.” Peter F. Drucker 1963
(SPP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar