KAMI MEMANG BUKAN YANG TERBESAR, TAPI KAMI AKAN BERUSAHA UNTUK MENJADI YANG TERBAIK. SALAM SERIKAT PEGAWAI PINDAD

Minggu, 13 Juni 2010

Apa yang dipikirkan orang lain?

Guru saya, Pak Dimitri, ngasih hadiah spesial, buku Gladwell yang terbaru : What the Dog Saw.

Gladwell selalu muncul dengan ide menarik. Hmm.., dia memang jago bercerita. Ide kali ini, kalau kita menyampaikan suatu pesan ke orang lain, sebenarnya apa yang dia pikirkan? Apakah kita bisa mengetahui kira-kira yang orang lain pikirkan? Apakah kita yakin bahwa yang di pikiran kita juga ada dalam pikiran dia?

Menariknya, semua orang berpikir berlainan. Salah satu artikel (buku ini kumpulan kolom Gladwell di The New Yorker) yang inspiratif adalah ‘Blowing Up’, kisah Nassim Nicholas Taleb seorang imigran Lebanon yang punya teori sendiri untuk bermain derivatif saham. Taleb main dengan keyakinan bahwa pasar saham akan jatuh secara mendadak. Maka, dia membeli secara kontinyu option yang ditawarkan pemain lain. Pedihnya, dia akan mengalami kerugian setiap hari (ya, setiap hari!), bisa selama bertahun-tahun sebelum dia akan ‘menang’ dalam keguncangan besar pasar saham. Paling tidak Taleb menang besar di tahun 1997, 2001 (kasus 11 September), dan 2008. Firma dia, Empirica, sekarang mengelola dana bilyunan dolar.

Bukan keberhasilan Taleb yang dibahas Gladwell, tapi cara pikir dan keyakinan dia yang berbanding terbalik 180 derajat dari kebanyakan orang, dalam hal ini seorang pemain senior opsi saham Victor Niederhoffer. Taleb yakin sekali bahwa kehancuran pasar saham akan terjadi dalam jangka beberapa tahun yang pendek. Dan saat itu dia akan meraih kemenangan besar. Berhari-hari dia akan membeli opsi saham dan terus merugi hingga datangnya keguncangan besar (yang dia amat yakini pasti terjadi), dan untuk itu dia membentuk tim -yang punya cara pikir sama- untuk terus meneguhkan ‘kegilaan’ yang dia yakini itu.

Setelah kemenangan besar tahun 2001, Taleb menulis buku ‘The Black Swan’ yang menjadi buku best-seller internasional. (Saya pernah melihat bukunya, milik Pak Dimitri tentunya, tapi tidak tertarik membacanya. Setelah tahu kisah Taleb ini saya jadi tertarik juga mengetahui cara berpikir Taleb lewat buku itu.)

Seperti biasa, Gladwell menuliskan cerita panjang lebar tentang kedua tokoh itu. Cara berpikir yang bertolak belakang secara ekstrem. Lalu ditutup dengan kesimpulan -fakta- kesudahannya. (Akibatnya, saya tak kunjung berhenti membaca buku ini, dan mengabaikan beberapa tugas yang mulai menumpuk… heuh.) (SPP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar