KAMI MEMANG BUKAN YANG TERBESAR, TAPI KAMI AKAN BERUSAHA UNTUK MENJADI YANG TERBAIK. SALAM SERIKAT PEGAWAI PINDAD

Sabtu, 18 Desember 2010

Latihan Menyeimbangkan Otak Kanan dan Kiri

Kreativitas dan imaginasi sangatlah penting dalam kehidupan seseorang. Jika sedari dini kreativitas anak sudah dikembangkan, maka kelak dalam dirinya akan terbentuk sikap dan pribadi kreatif dan tidak tergantung pada lingkungannya. Dia akan lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya.

Otak manusia terdiri dari belahan otak kiri dan kanan. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri dari kemampunan berbicara, kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka, analisis, dan lain-lain. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian. Para ahli banyak yang mengatakan otak kiri sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient), sementara otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ (Emotional Ouotient) seseorang.

Sayangnya sistem pembelajaran di negeri kita masih mengacu pada perkembangan otak kanan semata. Padahal di Eropa dan Amerika misalnya, pendidikan yang diterapkan berupa kegiatan menari, menyanyi, melukis dan sebagainya pada awal-awal pendidikan. Mereka yakin dengan merangsang seni, kreativitas dan imajinasi terlebih dahulu, ketika belajar yang matematika dan analogis nantinya bisa lebih baik. Kondisi ini terbalik di Indonesia yang nampak dari kurikulum nasionalnya tampak cenderung melalaikan pengembangan kreativitas dan imajinasi anak.

Padahal kreativitas dan imajinasi sangatlah penting dalam kehidupan seseorang. Jika sedari dini kreativitas anak sudah dikembangkan, maka kelak dalam dirinya akan terbentuk sikap dan pribadi kreatif dan tidak tergantung pada lingkungannya. Dengan demikian maka dia akan lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya.

Namun, bukan berarti belahan otak kanan lebih penting daripada belahan otak yang kiri, ataupun sebaliknya. Kedua-duanya sangat penting, karena itu keduanya harus dikembangkan secara seimbang agar fungsi masing-masing belahan berjalan seimbang dan saling menguatkan. Jika hanya terfokus pada salah satu belahan maka belahan yang kurang berkembang akan terhambat dalam menjalankan fungsinya. Anak menjadi miskin kreativitas bila ia lebih banyak dirangsang untuk menggunakan belahan otak kirinya. Sebaliknya jika fungsi belahan otak kanannya yang lebih kerap digunakan, nantinya anak malah lambat dalam berpikir logis, linier dan teratur yang juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa latihan dan kebiasaan ini sebaiknya dilakukan tiap hari.

Meningkatkan Daya Ingat dan Logika Berpikir

Banyak orangtua yang berpandangan bahwa dengan sekali membaca anak yang pintar akan bisa mengingatnya dengan baik. Maka ketika seorang anak kemudian lupa pada apa yang baru dibacanya kemudian dianggap daya ingatnya rendah. Memang ada 1% anak yang seperti itu, tetapi kebanyakan anak membutuhkan waktu paling tidak 3 kali untuk mengulang dan mengingatnya kembali agar kuat tertanam di benaknya. Jadi tidak bosan mengulang membaca pelajaran adalah hal yang harus dibiasakan pada anak. Karena belum paham hal tersebut maka kita sebagai orangtua harus memotivasi mereka. Dengan bermain tebak-tebakan misalnya maka anak akan terdorong untuk mengingat kembali apa yang barusan dibacanya. Atau sesekali orangtua yang membaca dan anak mendengarnya, kemudian tanya anak kembali beberapa hal yang diingatnya. Bahkan main tebak-tebakan ini bisa dilakukan tiap waktu, sambil makan malam, sambil menonton TV, dalam perjalanan mengantarnya sekolah misalnya.

Alat Peraga dan Optimalkan Panca Indera

Alat peraga merupakan alat bantu yang sangat bagus untuk membuat ingatan anak makin kuat serta mudah mencerna sehingga daya analogi-logikanya berjalan. Misalnya menerangkan pembagian, pergunakan kerikil atau biji-bijian sehingga anak mudah memahami bahwa 20 biji kalau dibagi 2 maka sama rata tiap bagian akan berjumlah sepuluh. Dengan makin banyak alat bantu yang bisa disentuh, dilihat, dibaui dan didengarnya maka akan makin kuat memori anak. Jadi optimalkan kelima panca inderanya untuk membentuk kesan yang kuat pada memorinya.

Biasakan Rapi dan Disiplin

Sementara untuk membantu anak tidak melupakan barang-barangnya dan tidak teledor, maka biasanya anak bertindak rapi dan disiplin untuk meletakkan barang-barang sesuai dengan tempatnya. Misalnya bedakan di mana tempat menaruh peralatan sekolahnya, buku-buku pelajaran, alat-alat bermain, peralatan keterampilan, buku-buku sekolah maupun buku-buku komiknya. Kebiasaan kecil ini kalau diremehkan akan membentuk sikap teledor dan pelupa sampai dewasa.

Musik, Seni dan Olah Raga

Di pagi hari, hidupkan musik yang dinamis, siang hari musik yang lebih menenangkan agar anak bisa beristirahat. Musik apapun merupakan stimulan yang ampuh untuk membuat kita tenang atau memberikan dorongan semangat. Dorong anak mengembangkan bakat seni atau olah raga yang nampak disukainya. Bermain yang membutuhkan banyak gerakan fisik juga merupakan salah satu bentuk olah raga ringan yang bagus untuk merangsang otak kanannya seperti bersepeda atau kejar-kejaran. Akan lebih bagus lagi apabila lebih rutin dan terkontrol seperti berenang, lari pagi tiap minggu, karate dll.

Membaca dan Berbahasa yang Baik dan Benar

Membaca merupakan media untuk membuka jendela dunia. Kebiasaan membaca buku-buku yang baik yang memiliki kosa kata dan dialog yang baik merupakan contoh yang sering menjadi bahan imitasi berbahasa anak sehari-hari. Maka berikan buku-buku bacaan yang berkualitas. Demikian pula cara kita berbicara akan sering didengar anak dan menjadi contoh pula caranya berkomunikasi dengan orang lain, jadi pergunakan cara berbahasa yang baik dan benar. Membacakan cerita sebelum tidur, selain akan menambah kosa kata anak juga akan melatihnya berbahasa sesuai dengan dialog yang didengarnya.

Melatih Daya Tahan terhadap Rasa Kecewa

Banyak orangtua yang merasa bersalah karena masa kecilnya yang serba kekurangan atau merasa kurang waktu untuk anak, kemudian menggantikannya dengan memenuhi segala permintaan anak. Pada akhirnya anak sama sekali tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak keinginannya, bagaimana menahan keinginan, ataupun rasa kecewa ketika gagal mencapai suatu hal. Padahal hal-hal ini sangat berguna untuk merangsang kemampuan mengontrol diri dan melatih stabilitas emosinya, kemampuan pada otak kanan yang berhubungan dengan kecerdasan emosinya kelak. Jadi sesekali boleh kita melakukannya, tetapi tentu saja jangan biarkan anak frustrasi berkepanjangan, komunikasi dan berikan pengertian sehingga anak bisa belajar mentoleransi dan beradaptasi dengan rasa kecewanya. Selamat berlatih dan membiasakannya menjadi kebiasaan rutin dan baik. (www.balipost.co.id)

Menyeimbangkan keduanya

Pernahkah berada dalam situasi dengan perasaan gugup setengah mati dan mendadak kehilangan segala kemampuan yang telah disiapkan dari jauh hari ???
Masih dalam rangkaian kegiatan menyambut HUT kesatuan tempat suami bertugas, diadakan pertandingan tennis lapangan antar satuan untuk kategori putri dan putra. Nah saya pun turut berpartisipasi dalam pertandingan tennis beregu putri, atau beregu ibu-ibu lah tepatnya

Persiapan telah kami lakukan dari jauh hari dengan berlatih sungguh-sungguh, maklum pemainnya kelas tinggi jadi permainannya tingkat tinggi, makasudnya bolanya melambung tinggi-tinggi gitu hehehe… Kami berlatih setiap hari, kulit jadi agak gelap sedikit gak masalah lah kan ceritanya demi membela nama satuan.
Dan tiba saatnya hari pertandingan.. pertandingan dilakukan bersamaan dengan pertandingan tennis lapangan untuk bapak-bapaknya juga, jadi lah suasana makin meriah.. penontonnya gak hanya dari ibu-ibu tapi bapak-bapaknya juga, ditambah lagi tim supporter dari masing-masing satuan. Giliran saya dan pasangan yang bertanding untuk babak final, saat hendak memasuki lapangan pasangan saya berkata “Bu, kok saya mendadak lemes ya???” saya lihat wajahnya memang tampak pucat pasi, waduh gawat nih….. “Jadi gimana nih sanggup main gak?” Tanya saya, dia hanya mengangguk pelan. Ya sudah apapun yang terjadi maju terus lah pokoknya…

Pertandingan dimulai, Riuh rendah suara penonton ditambah suara dan ekspresi yang dikeluarkan dari tim supporter lawan sukses berat membuat detak jantung saya mendadak dangdut, aliran darah terasa sangat cepat dan keringat mengucur di sekujur tubuh. Semua teknik bermain yang kami pelajari mendadak hilang entah kemana. Dampak dari grogi luar biasa yang kami alami membuat permainan kami semakin tidak jelas juntrungannya, kami tertinggal 1-4 dari 6 game yang dipertandingkan.

Sebagian orang cenderung berubah pikiran pada waktu di ujung tombak dan itu lah yang saya alami, dalam kondisi ketertinggalan angka saya coba merubah pikiran saya dengan cepat. Saya menarik nafas dalam-dalam membiarkan oksigen masuk lebih banyak sehinga dapat meredam gejolak emosi yang saya rasakan. Mencoba menggunakan logika dengan pelajaran yang kami dapat dari latihan serta menggunakan insting untuk menentukan strategi permainan, bagaimana dan kemana arah bola akan dipukul.

Bagian tersulit dalam sebuah pertandingan menurut saya adalah bukan hanya mengumpulkan skor saja, namun mengalahkan perasaan yang timbul dalam diri kita dan mencoba fokus dalam permainan itu lah yang lebih sulit. Menyeimbangkan dua bagian dari otak kita agar dapat berpikir optimal, analoginya membaca buku dan berlatih tentang cara bermain tennis adalah kerja otak kiri, sedangkan pengendalian emosi dan insting melakukan pukulan tennis adalah kerja otak kanan. Menyeimbangkan keduanya membuat kita berpikir lebih positif dan optimis.

Hasil akhirnya happy ending kami menang dengan skor 6-4, perjuangan yang tidak mudah mengejar ketertinggalan angka. Kami memenangkan pertandingan ini tentu bukan karena kami lebih hebat bermain tennis, mungkin secara ketahanan mental kami lebih siap. Bukan masalah menang atau kalahnya, tapi berhasil melewati situasi penuh emosional itu yang sangat berarti. Satu lagi tahapan kehidupan yang telah terlalui, walau hanya sebuah kejadian kecil dan sederhana namun tetap mencoba memaknai setiap tahapan yang terjadi.. menjadikannya bekal dan pembelajaran untuk menghadapi kenyataan yang terjadi pada kehidupan saya selanjutnya yang tentunya tidak akan menjadi lebih mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar