KAMI MEMANG BUKAN YANG TERBESAR, TAPI KAMI AKAN BERUSAHA UNTUK MENJADI YANG TERBAIK. SALAM SERIKAT PEGAWAI PINDAD

Minggu, 02 Mei 2010

Manajemen 360 Derajat

Dalam dunia korporasi di barat, populer penggunaan metode evaluasi dan penilaian karyawan yang dikenal dengan nama 360 derajat (360 degree evaluation / assessment). Berdasarkan metode ini, penilaian seorang karyawan tidak saja diambil dari penilaian atasan langsung ataupun atasan kedua di atasnya, akan tetapi juga dimintakan dari rekan sekerja yang satu level (peer) maupun dari bawahan langsung (subordinate) yang bersangkutan. Kontribusi atau persentase penilaian terbesar tetap berasal dari atasan langsung dan atasan kedua di atasnya.

Dengan cara ini bisa dihindari seorang karyawan selalu bersikap ABS ('Asal Bapak Senang') ataupun berlaku sebagai 'Yes Man' untuk mengambil hati dan menjilat atasannya supaya mendapat penilaian bagus dan menjadi kandidat utama jika ada promosi jabatan, atau mendapat kenaikan gaji yang memuaskan. Seseorang yang ABS atau 'Yes Man' seringkali berbeda 180 derajat dan bertolak belakang sikapnya jika berhadapan dengan bawahan ataupun karyawan lain yang lebih rendah levelnya. Dia akan menunjukkan power dan kuasanya sehingga seringkali memperlihatkan sikap dan kata-kata yang tidak memperhitungkan perasaan orang di bawahnya. Mereka adalah tipe orang yang bermuka manis ke 'atas' sedang di saat yang sama mengeluarkan 'angin ribut' ke arah belakang dan bawahnya.

Tipe orang seperti itu juga tidak akan 'memandang' rekan sekerjanya yang satu level apalagi jika rekan tersebut tidak ada kaitan kerja langsung dengan dirinya dan tidak berperan dalam penentuan karirnya.

Akan tetapi jika penilaian juga datang dari rekan sekerja yang selevel, sangat mungkin orang itu akan memberikan perhatian lebih dan siap membantu jika diperlukan.

Demikian pula jika bawahannya ikut serta menilai sehingga berperan dalam menentukan kelangsungan karirnya, maka setiap karyawan akan terdorong, walaupun mungkin awalnya 'terpaksa', untuk memperhatikan serta memperlakukan bawahannya secara lebih 'bermartabat'.

Jika sudah terbentuk relasi kerja dan interaksi yang demikian kontruktif antara seorang pekerja dengan tidak hanya atasannya melainkan juga dengan rekan sekerja lain dan bawahannya, dapat dibayangkan sinergi yang akan terbangun dalam perusahaan tersebut. Bukankah roda perusahaan seperti ini akan berputar lebih nyaman dan lancar karena 'gemuk' dan 'oli'nya tersedia dalam jumlah yang memadai dan dalam kondisi bagus ?.

Karena itu jika seorang pekerja ingin mendapatkan penilaian yang baik dalam 360 degree evaluation maka dia harus mampu mempraktekkan bentuk-bentuk penghormatan ke atas-bawah, kiri-kanan, dan depan-belakang.

Sesungguhnya penghormatan dan penghargaan kita kepada orang lain di lingkungan kerja tidak hanya dalam bentuk harta benda dan materi, akan tetapi yang tidak kalah penting dalam bentuk lunak (soft things), seperti ucapan yang sopan dan ramah, senyum, pujian dan ucapan terima kasih yang tulus, perhatian, sapaan selamat pagi-siang-sore-malam, dan banyak lagi bentuk-bentuk non-kebendaan lainnya.

Jika prinsip 360 derajat ini dipraktekkan tidak hanya dalam kehidupan profesional sebagai pekerja, tetapi juga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari maupun dalam lingkungan religius, bukankah keberhasilan dan penerimaan yang lebih luas terhadap diri kita akan lebih banyak kita raih karena dukungan tulus dari orang-orang di sekitar kita ?.

Jangan sampai kita ketinggalan untuk berpraktek memperlebar lingkaran penghormatan dan rendah hati kita kepada mereka-mereka yang sejajar maupun yang berada di 'bawah' kita, tidak hanya melulu kepada orang-orang di 'atas' kita.

Penulis : Toni Yoyo (toni_yoyo@yahoo.com)
(SPP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar