KAMI MEMANG BUKAN YANG TERBESAR, TAPI KAMI AKAN BERUSAHA UNTUK MENJADI YANG TERBAIK. SALAM SERIKAT PEGAWAI PINDAD

Senin, 03 Mei 2010

Banyak Tenaga kerja terjebak hutang kartu kredit

Percaya tidak bisa dikatakan bahwa seorang tenaga kerja pabrik yang penghasilan rata2nya sekitar satu juta per bulan bisa punya banyak kartu kredit (KK) ?

Tentu bukan hal yang aneh di tengah gencarnya promosi kartu kredit yang setengah memaksa orang untuk jadi anggota terutama di tempat2 perbelanjaan umum. Perusahaan KK mengiming-imingi para tenaga kerja hanya dengan syarat KTP dan bebas iuran tahunan untuk menjadi member. Korban pun berjatuhan karena banyak para tenaga kerja yang terjebak dalam hutang yang berkepanjangan. Ini sebagian kisahnya yang merupakan temuan kami dalam sebuah penelitian.
Pada satu Perusahaan kebetulan mengadakan kerjasama dengan sebuah LSM untuk meneliti berbagai aspek kehidupan tenaga kerja. Di tengah penelitian, mereka menemukan fenomena menarik saat banyak tenaga kerja yang pasrah menceritakan jeratan hutangnya akibat pemakaian kartu kredit yang kebablasan. Mulanya mereka biasa berhutang kepada rentenir yang notabene adalah teman mereka sendiri.
Kemudian polanya berubah saat seorang tenaga kerja pun bisa mendapatkan fasilitas uang plastik. Tertarik dengan gaya hidup modern, mereka mencoba mengidentifikasikannya dengan menjadi anggota baru. Maklum hanya dengan selembar KTP, tanpa verifikasi gaji yang harusnya dilakukan oleh perusahaan penerbit KK mereka sudah bisa bergaya. Penderitaan mereka pun dimulai.

Maklum mereka belum mengerti istilah compunding interest, bunga berbunga, dan berbuah, lalu berbunga lagi. Apalagi banyak perusahaan KK yang melakukan tipu menipu dengan memberlakukan bunga rendah di bulan2 pertama, lalu menaikan hingga 4% perbulan tanpa persetujuan konsumen.

Mula2 belanja sedikit, tapi banyak juga yang langsung keasyikan menggesekan kartu-nya. Tagihan pun datang, eh koq bisa bayar minimum atau sekitar 2% dari tagihan. Dengan polos mereka pun hanya membayar sebesar tagihan minimum. Betapa nikmatnya pikir mereka dan yup, belanja lagi, dan bayar tagihan minimum saja.
Mereka baru sadar pada bulan2 berikutnya manakala pembayaran minimum yang mereka lakukan plus belanja semakin membengkak. Gampang, buka lagi kartu kredit baru yang menwarkan transfer hutang. Beres? Hell no! Fee transfer plus bunga yang diberlakukan

KK baru ternyata lebih mencekik. Debt collector mulai berdatangan ke pabrik, rumah, termasuk kediaman saudara dan orang tua mereka. Hidup semakin sempit. Sebagai informasi, rata2 mereka memegang dua atau lebih KK !

Itulah sekelumit kisah bagaimana gurita KK yang menjerat sebagian tenaga kerja kita. Perusahaan KK ini tidak perduli bahwa tenaga kerja dengan penghasilan yang pas2an bukan target yang pas untuk market mereka. Persaingan antar penerbit KK yang begitu edan mengakibatkan mereka harus melakukan berbagai cara yang kadang tidak etis demi mendapatkan anggota sebanyak-banyaknya dan tenaga kerja adalah sasaran empuk.

Di lain pihak, tenaga kerja yang tergoda dengan gaya hidup kartu plastik tergiur untuk memanfaatkan fasilitas ini tanpa dibekali pengetahuan yang memadai tentang aturan main KK yang penuh dengan trik dan bisa menjebak konsumen dalam jeratan hutang yang tidak berkesudahan saja.

Para tenaga kerja banyak yang melakukan pembayaran seadanya alias fasilitas minimum payment. Padahal secara matematis pembayaran ini bisa selesai dalam jangka puluhan tahun. Tidak percaya, coba hitung sendiri dengan tingkat bunga rata2 sekitar 3% saja per bulan, mungkin dalam jangka 30 tahun lebih hutang bisa terbayar. Sadis kan?
Akhirnya kami melakukan suatu awareness program terhadap para tenaga kerja tentang tips penggunaan KK, perhitungan bunga, efek minimum payment, dan tentu saja pemahaman syarat dan ketentuan dari penerbit KK. Minimal mereka memahami bahwa di dunia ini tidak ada yang gratis sehingga kita jangan mudah tergiur dengan iming2 apapun dari penerbit KK. (SPP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar